Langsung ke konten utama

Tere Liye: “Karena Penulis yang Baik Menemukan Sudut Pandang Spesial”

Disclaimer: Tulisan ini merupakan tulisan dari salah satu peserta, yakni Rinta Wulandari (Link sosial media akan disertakan di bagian akhir tulisan). Saya memasukkannya ke dalam blog pribadi saya sebagai pengingat waktu bahwa pada waktu itu saya pernah ikut serta jadi salah satu panitia dalam kegiatan ini. Sebagai apa? Itu tidak penting. Yang terpenting adalah banyak peserta yang terinspirasi. Salah satunya Mbak Rinta Wulandari ini. Semoga bermanfaat
Link sumber dari tulisan ini (Kompasiana)





Foto Spanduk Kegiatan. Sumber Foto : Rinta Wulandari

Hari ini, minggu(10/11/2013). Aku sudah sampai di Polinela, tepatnya sebelah GSG nya, ada ruangan pertemuan. Di depannya sudah tampak para panitia, dan tumpukkan buku. Ah iya, Forum Lingkar Pena, ahad ini mengadakan taman baca keliling di acara talk show nya Tere-Liye. Memang tak habis ide, dalam menerbitkan selera baca bagi para pengunjung. Di ujung sebelah sana, ada penjualan buku juga, obral buku yang diadakan oleh panitia acara demu memanfaatkan acara karena kedatangan penulis terkenal yang buku-bukunya sedang hits, dan best seller.

Stand FLP Lampung. Sumber: Rinta Wulandari
Sekitar pukul 9 pagi, acara sudah dimulai. Para peserta sudah diperintahkan untuk masuk kedalam ruangan. Untungnya mbak Desti sudah datang lebih awal, jadi bangku terdepan untuk akhwat sudah ditandai, untuk para anggota FLP hehe. Seperti biasa, dalam setiap talkshow selalu ada sambutan-sambutan. Sedangkan pada jam 9 itu, narasumber Darwis Tere Liye sudah datang, duduk di depan tempat yang telah disediakan. Sekilas pandang, memang bang Tere Liye lelaki paruh baya yang berpenampilan santai. Memakai kupluk biru tua, berkaos pendek hitam dilapisi dengan jaket rajut dan celana panjang santai bewarna abu-abu. Dan ransel besar bewarna hitam. Wajahnya khas orang Sumatera, Palembang.

Stand FLP Lampung. Sumber: Rinta Wulandari
Sambutan demi sambutan, diiringi dua lagu Nasyid dari UKM itu sendiri, oh ya, acara ini diselenggarakan oleh UKM kampus Polinela yang bernama UKM Al-Banna. Moderator sempat membacakan puisi karya Bang Tere Liye berjudul “Saat Hujan”.

*Saat hujan Berteriaklah di depan air terjun tinggi, berdebam suaranya memekakkan telinga agar tidak ada yang tahu kau sedang berteriak Berlarilah di tengah padang ilalang tinggi, pucuk2nya lebih tinggi dari kepala agar tidak ada yang tahu kau sedang berlari Termenunglah di tengah senyapnya pagi, yang kicau burung pun hilang entah kemana agar tidak ada yang tahu kau sedang termangu Dan, menangislah saat hujan, ketika air membasuh wajah agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan Perasaan adalah perasaan, Tidak kita bagikan dia tetap perasaan Tidak kita sampaikan, ceritakan, dia tetap perasaan Tidak berkurang satu helai pun nilainya Tidak hilang satu daun pun dari tangkainya Perasaan adalah perasaan, Hidup bersamanya bukan kemalangan, Hei, bukankah dia memberikan kesadaran betapa indahnya dunia ini? Hanya orang2 terbaiklah yang akan menerima kabar baik Hanya orang2 bersabarlah yang akan menerima hadiah indah Maka nasehat lama itu benar sekali, Menangislah saat hujan, ketika air membasuh wajah agar tidak ada yang tahu kau sedang menangis, Kawan


Sekitar pukul setengah 10 barulah, narasumber sipersilakan oleh moderatorr untuk tampil kedepan. Kalimat pertama yang ia keluarkan..

Bang Darwis Tere Liye. Sumber: Rinta Wulandari

“Jadi galau ya, denger puisinya Tere Liye?”tuturnya sambil tersenyum santai, para audiens serentak tertawa. “Kalian tahu apa yang paling menyebalkan saat acara?” audiens diam. “Panitia itu selalu sibuuuuk saja melakukan sesuatu, tapi ga pernah ikutan acaranya. Yasudah, yang di depan itu suruh masuk saja, supaya ilmunya bisa diserap juga..” tuturnya santai.

“Siapa yang sudah berteman dengan Fanpage saya di Facebook?” tanyanya lagi

“Sudaaah”, para audiens menjawab serentak.

“Oo berarti kalian yang suka me-Repost postingan galau saya?”

Audiens kembali cekikikan. Perawakannya yang santai, tutur katanya yang apa adanya membuat suasana ruangan ber-AC ini tambah nyaman.

“Ingat ya, saya hanya ahli fiksi. Saya gak akan naik pangkat jadi apapun. Walaupun saya sering posting menyangkut tentang hadist, saya tidak akan jadi perawi hadist, paling saya akan jadi perawi hardisk. Walaupun sepertinya saya rutin sekali memposting cerita, dan kisah di Fanpage. Tere Liye gak pernah natap Facebook seharian, karena memang itu Fanpage sudah di setting khusus untuk memposting sendiri dengan tulisan yang telah dijadwalkan. Jadi walaupun saya sedang disini, lihat saja.. Fanpage saya tetap jalan dan memposting secara otomatis,” tambahnya.

Dari talkshow tadi, sebagai pengantar Tere Liye menceritakan bahwa ia juga pernah tinggal di Lampung. Bahkan sekolah di SMAN 5 Bandarlampung (sekarang SMAN 9 Bandarlampung) kemudian lulus melanjutkan kuliah di UI jurusan ekonomi. “Dulu itu saya kalau berangkat ke kampus naik angkot di Ratulangi itu, saya hanya melebarkan telapak tangan saya(lima) kemudian angkot akan mengerti dan menurunkan saya masuk sampai gerbang SMA. Kalau sekarang.. mungkin agak ribet ya harus menunjukka dua telapak tangan( sambil melebarkan kedua tangan membuat angka 9), entah kenapa SMA itu berubah nama jadi SMAN 9. Hehe,” celotehnya.

Kemudian bang Tere Liye juga menceritakan awal mulanya masuk dalam dunia kepenulisan. Bahwa sejak usia 9 tahun, ia telah rutin mengirimkan cerita anak ke majalah-majalah. Tentang diterbitkan atau tidak, itu tak jadi masalah baginya, karena menurutnya, yang penting ia telah membuka jalan itu, jalan kesempatan bagi dirinya. Saat SMA tulisan beliau juga pernah di muat di koran Lampung Post.

“Bagi saya, menulis itu tidak bisa diajarkan.. tapi ditumbuhkan. Di hati kita punya nyala api, saya disini berusaha menghidupkan nyala api yang kecil itu supaya terang benderang di hati kalian..” tuturnya mantap.

“Mengawali diskusi kita pagi ini, Saya punya pertanyaan simple untuk adik-adik.. ‘Kenapa kalian harus menulis?’ semua orang pasti punya jawabannya, kalian punya jawabannya. Agar kalian bisa memahami pertanyaan ini, ada sebuah perumpamaan yang akan saya ceritakan pada kalian.. cerita tentang seekor penyu, seekor burung pipit dan sebatang pohon kelapa. 3 Makhluk ini bersahabat baik. Jangan tanya, Bang kok penyu, burung pipt sama batang pohon kelapa bisa bersahabat?yaa namanya juga fiksi yaa,” diikuti tawa audiens. “Mereka tinggal di sebuah pulau kecil yang sangat indah di tepi pantai, di pasir putih, kayak Merak Belantung disini ya. Mereka tinggal disana bertahun-tahun. karena mereka sudah dewasa, mereka berpisah satu sama lain. Setelah 3 tahun, mereka bertemu lagi. Saat mereka bertemu satu sama lain, mereka bertanya, ‘Hei kalian 3 tahun terakhir ngapain aja?’ Makhluk yang pertama diminta menjawab adalah seekor burung pipit. Jawabannya sangat menankjubkan burung pipit punya sayap, ketika burung pipit cerita ia melihat rumah-rumah, hamparan perkotaan. Pengalaman hidupnya sangat menakjubkan. Yang kedua minta bercerita adalah seekor penyu, penyu itu bisa berenang keseberamg benua. Pernah nonton Finding Nemo?”,

“Pernaaah,” jawab para hadirin serentak.

“Maka ketika diminta bercerita tentang pengalamannya selama 3 tahun, ternyata ceritanya lebih menakjubkan dari cerita burung pipit! Saya melihat benua-benua berbeda, orang-orang berkulit hitam, berkulit putih, orang-orang yang bermata biru, bermata hijau. Maka cerita si Penyu sangat menakjubkan. Nah makhluk yang ketiga minta bercerita adalah sebatang pohon kelapa. Oh pohon kelapa, 3 tahun terakhir kamu ngapain aja?itu pertanyaan yang sangat tega. Terlalu.Karena sebatang pohon kelapa, jatuh buahnya dipinggir pantai, menjadi tunas kelapa, tumbuh tinggi, maka seumur hidup ia akan berdiri disitu-situ saja, ketika matahari terbit ia melihat hamparan laut membiru, ia hanya bisa berkata.. ‘Hei! Ada apa gerangan disana? Ketika matahari tenggelam.. sunset, begitu indah jingga di kaki langit si pohon kelapa hanya bisa bilang ‘hei, indah sekali disana bagaimana aku bisa kesana..’Saat melihat kapal pesiar dengan lampu yang banyak, kerlap-kerlip begitu indah, maka ia semakin galau ‘hei itu kapal? saya ingin naik kesana dan melihat dunia,tapi saya hanya berdiri disini. Karena ndak ada cerita pohon kelapa yang bisa jalan-jalan.


Tapi tetap saja cerita ini Fiksi. Karangan Tere Liye, yang ahli fisik. Ada misteri terbaiknya, apa misteri terbaiknya? Sebatang pohon kelapa ketika tumbuh jadi dewasa, matang buahnya, jatuh diatas pasir. Direngguk buahnya, terbawa jauh sekali oleh ombak lautan. Sebatang pohon kelapa yang ada di pesisir yang ada di Pelabuhan Panjang itu adik-adik sekalian, boleh jadi datangnya dari pulau Jawa. Bahkan sebatang pohon kelapa yang di Pesisir Bandarlampung, boleh jadi datangnya dari Benua Australia. Kalian bacalah National Geographic, atau tonton Discobery Channel. Maka ketiba tiba pada kenyataan tersebut, si burung Pipit berseru.. ‘Hei ternyata pohon kelapa yang saya lihat diseberang pulau itu, dari kamu!’ dan si Penyu pun berseru ‘Eh ternyata pohon kelapa yang saya lihat diseberang sana dari kamu!’

Maka ketika kita tiba di pertanyaan yang paling penting. Kenapa kita harus menulis? Adik-adik sekalian, menulis adalah pekerjaan menyebar buah kebaikan, tak terhitung jumlahnya orang-orang di facebook yang sibuk saja mengeluh dan tak ada kerjaan. ‘oh ya Allah, saya gini-gini aja.. kalian manusia, bandingkan dengan sebatang pohon kelapa. Manusia minimal punya kaki, tangan, akal, pikiran , punya hal yang bisa melakukan suatu kebaikan.Kenapa kita harus menulis? Kalian kan yang akan menjawab pertanyaan melalui proses perjalanan kalian. Kalau saya sudah punya jawabannya. Kalian harus punya ratusan motivasi, bahkan ribuan motivasi. Paham cerita tadi?direnungkan dipahami dan digigit maknanya,” Tutur Bang Tere Liye.

Kemudian Bang Tere Liye memberikan pertanyaan kedua, ‘saya berniat jadi penulis, maka apa yang harus saya tulis bang Tere?’ ini jadi masalah menarik di setiap Workshop. ‘Bang Tere, saya harus menulis apa?”maka kalau saya harus menjawab pertanyaan kalian, jawaban saya simple. ‘ya ndak tahu’ adik-adik sekalian, saya saja pusing mau menulis apa, apalagi saya harus menjawab pertanyaan kalian?mbuh,” Tutur Bang Tere Liye santai.

Kemudian bang Tere kembali bercerita, mengenai pengalamannya di salah satu workshop bertahun-tahun silam, ada seorang ibu rumah tangga bertanya padanya,

“Bang Tere apa yang bisa saya tulis?saya hanya seorang ibu rumah tangga usia 40 tahun, lulusan SMA punya 4 orang anak lelaki semua dan suami saya satu”. Audiens tertawa. “Kalian kenapa sih ketawa saya bilang begitu?saya kan bilang polos aja,suaminya satu, tanpa berpikir apa-apa. Keliatan ni kalian selalu berpikiran negatif aja. ‘Apa yang harus saya tulis bang tere?’ embuh bu. Gaktau apa. Karena dalam workshop saya harus menjawabnya, saya hanya bertanya..ibu, selama ini yang ibu lakukan apa dirumah? ‘Ya begitu-gitu aja Bang, namanya juga ibu rumah tangga, bangun pagi, mandiin si kecil, siapin sarapan, mengantar si kecil dengan motor dan seterusnya, jam 8 saya harus nyuci, masak, ngepel. Jam 11 udah mau selesai, udah mau santai, eh si kecil pulang. Menghalau si kecil agar makan dulu, jangan maen. Jam 4 suami saya pulang dan seterusnya-seterusnya, sampai jam 9 rumah saya hening, hanya itu pekerjaan saya sebenarnya. Saya harus menulis apa bang Tere?Nasip saya sepertinya lebih sedih dari sebatang pohon kelapa tadi bang Tere..” diikuti tawa Audiens lagi.

“Ibu rumah tangga, maka saya bertanya pada dia, apa yang senang ibu lakukan dirumah?ibu punya hobi?’ndak ada hobi bang tere? Ibu anaknya 4, ibu bisa menulis tentang anak-anak yang baik. ‘enggak bang Tere, anak saya nakal semua, badung semua’. Coreet. Ibu sudah menikah 15 tahun?bahagia? ‘iya bang Tere, saya bahagia sekali sama keluarga saya’. Ibu bisa menulis tentang keluarga sakinah, mawadah, warrahmah, zaman sekarang banyak sekali pembaca yang senang baca hal begitu, tambahkan sedikit, jadi manis ceritanya. ‘Nanti suami saya ketawa bang Tere, karena gak sesuai, saya juga sering berantem sama suami saya’. Coreet. Maka kita tiba pada sebuah kesimpulan. Apa yang dia lakukan dirumah dengan begitu senang. Yang paling ibu rumah tangga sebel ada nyetrika. Nyuci, ngepel dia masih seneng. Yang paling utama yang paling disukai ibu rumah tangga adalah.. MEMASAK.

Ibu itu suka masak. Maka kita punya kesimpulan yang menarik. Maka mulai hari ini ya bu ya.. ibu menulis resep semua masakan yang ibu masak. Esoknya setelah pulang workshop dia lakukan hal itu. ketika jam 9 malam, keluarga sudah hening. Dia mpunya waktu yang sangat baik untuk menulis. Taruhlah hari ini ia memasak sayur pindang, sayur capcay, ia menulis resepnya even dia memasak sambal, ia tulis resepnya. Setiap hari ia lakukan seperti itu, maka 2 tahun berlalu di laptopnya ada ribuan resep masakan. Dua tahun berlalu tanpa sengaja sebuah penerbit besar, tanpa sengaja melihat blog tersebut, ada yang nyaranin sebenernya. Ada blog yang menarik sekali, maka penerbit menghubungi buku tersebut.. ‘apakah ibu ingin menerbitkan buku?” resep masakan, di toko buku resep buku menjadi kelompok tersendiri yang sepanjang tahun laris. Maka siapa yang paling berbahagia atas kesuksesan ibu tersebut?yang pertama adalah suaminya. Karena penghasilan istri lebih besar dari dirinya. Yang keda adalah anak-anaknya. ‘Om, pokoknya dirumah itu mama masaaak terus, kue-kue apa aja dimasak, jadi enak banget om dirumah itu..”

Kalian rata-rata mahasiswa, ibu rumah tangga tadi lulusan SMA saja, kalian rata-rata punya waktu luang. Ibu rumah tangga tadi seharian harus bekerja mengurusi keluarga. Maka kalau ibu rumah tangga tadi bisa melakukan kebiasaan yang sangat menarik, apalagi kalian?paham?kita sudah punya 2 perumpamaan. Seekor penyu, burung pipit dan sebatang pohon dan cerita menarik dari ibu rumah tangga. Itu adalah materi awal workshop kita. Sekarang kita pelajari tentang teknisnya.

“Pertanyaan yang lebih detail adalah... BAGAIMANA MEMBUAT TULISAN KALIAN MENARIK?

Sering menemukan tulisan orang asik dibaca, kenapa tulisan kita nyebelin sekali bacanya. Kenapa tulisan orang mengalir sekali kata-katanya. Kenapa tulisan saya ini mentok-mentok aja?maka jawabannya simple aja. PENULIS YANG BAIK SELALU MENEMUKAN SUDUT PANDANG SPESIAL. Topik penulisan bisa apa saja koma”, ah ini, bang Tere seakan mendikte kami untuk menuliskan teknik ini, agar kami punya oleh-oleh ilmu yang tertuang di kertas. “Topik menulis bisa apa saja, tapi penulis yang baik selalu punya sudut pandang yang spesial. Saya jelaskan ya, semua orang ketika diminta menulis tentang sesuatu, beri contoh tentang hitam. Maka semua orang secara teoritis hanya memikirkan warna hitam titik,blas. Kalaupun ada yang lain, mereka berpikir hitam itu adalah suram, hitam itu adalah duka cita, ndak ada satupun yang muncul dengan sudut pandang yang berbeda. Apa jadinya jika ada kisah dengan judul sama namun dengan sudut pandang berbeda?maka tulisannya akan menjadi sangat menarik.

Saya kasih contoh, saya pernah menemukan salah satu siswa SMA menuliskan seperti ini. Saya hanya menyuruh dia menuliskan satu paragraf saja ya, ‘Gadis hitam manis, ketika tua hilang manisnya, tinggal hitamnya. Oh dunia. Titik’. Ketika temannya yang lain hanya menulis, hitam itu gelap, hitam itu suram, ketika ia menulis sesuatu yang berbeda, tulisan itu jadi menarik tidak? Menarik, karena dengan sudut pandang yang berbeda. Ada lagi misalnya ‘Bagus temanku berkulit hitam, tangannya hitam, kakinya hitam, wajahnya hitam, rambutnya hitam, tapi saya yakin sekali Bagus, hatinya putih.’ Dia datang dengan sudut pandang berbeda. Ketika teman-temannya menulis hitam itu suram blablabla, ketika ada temannya memiliki ide seperti itu, maka dengan serta merta membuat orang tertarik?ya. sudut pandang spesial. Tidak harus hebat, tapi cukup menarik yang akan disukai orang-orang, jadi kalian bisa menulis apapun.

Inspirasi Bang Tere dari mana? Hei! Bisa darimana saja, lihat bang Tere pakai kupluk kalian biasa menulis tentang kupluk, lihat teman kalian berjilbab ungu, kalian bisa menulisnya, tapi pertanyaannya adalah apakah disudut pandang tertentu kalian menemukan sudut pandang yang spesial atau tidak? Kalau kalian tidak melihat di sudut pandang yang berbeda, tulisan kalian hanya disitu-situ saja. Bagaimana ibu rumah tangga tadi?ibu rumah tangga tadi menuliskan resepnya dengan sudut pandang yang berbeda, karena resepnya sangat sederhana, istilahnya hanya membuka lemari es, bahan-bahan telah tersedia disana, maka tulisannya istimewa.”

Ada lagi ini dari mahasiswa STT Telkom, saya juga heran bagaimana ia bisa menemukan sudut pandang yang berbeda yang lain daripada yang lain. Ada si hitam, si hitam malas, kemana-mana terlambat, akhirnya teman-temannya mejikuhibiniu memutuskan meninggalkan si hitam, maka sejak itulah pelangi tanpa warna hitam.” Diikuti riuh tepuk tangan audiens. “Dia sudah memiliki modal utama, berpikir dari sudut pandang yang berbeda. Berpikir dengan sudut pandang spesial, adalah tanggung jawab seorang penulis”.

Bang Tere Liye juga menceritakan, bagaimana buku Hafalam sholat begitu menarik?beliau menjawab, bahwa beliau menuliskan apa yang tidak orang lain pikirkan. Di dunia ini, semua muslim terlahir belum bisa membaca hafalan sholat, walaupun ada yang bisa langsung bicara. Tapi rasanya terlahir langsung hafal bacaan sholat?tidak ada. Bagaimana caranya bisa menarik?buat saja tentang anak kecil yang sedang belajar hafalan sholat yang mengharapkan hadiah. Cari latar belakang yang megah, apa itu?bisa kebakaran?bisa broken home, bisa bencana kemanusiaan, saya hubungkan dengan tsunami Aceh, bisa.

Kalau kalian tau roman percintaan, dari zaman dulu hingga sekarang, novel cinta itu rumusnya sama... ‘cowo-cewe orang ketiga, cowo-cewe bapaknya marah, cowo-cewe gak disetujui. Itu saja, baca, uji saja kalimat saya dari kisah Siti Nurbaya sampai ayat-ayat cinta, sampai novel-novel Tere Liye Kau dan Sepucuk Ampau Merah,resepnya sama.

Lantas kenapa ada novel yang laku dan tidak laku?karena novel yang laku, datang dari sudut pandang yang tak terpikirkan dengan orang lain. Kalian harus tahu, Kenapa novel Ayat-ayat cinta itu indah sekali?simple sekali. Tapi ketika Habiburahman datang dengan setting yang berbeda sekali. Setting percintaan yang mengangkat kisah di negeri timur. Maka jadinya menarik sekali.jadi. maka tak usah kita berpikir akan hal-hal yang merepotkan diri sendiri?mau buat kisah galaksi semesta alam, kalau kalian tidak menulisnya dengan sudut pandang yang menarik, tidak akan jadi cerita kalian”.

Saya dulu tinggal di pedalama sumatera, jauh sekali dari pusat kota, pendidikan kesehatan, tidak ada listrik, hanya genset. Hiburan mereka adalah ngobrol. Nah yang sering adalah bapak saya bungsu dari 6 bersaudara, maka rumah saya menjadi tempat ngobrol para saudara saya, bercerita tentang seharian di Ladang, Bakwo saya ternyata tidak suka mengobrol dengan orang di depan rumah, tapi masuk kedalam rumah dan menemui kami yang sedang berada di ruang tengah, ada yang sedang membaca, menulis, dsb.. dibawah lampu teplok. Ia bergabung dengan kami, dia bertanya pada saya.. ‘Darwis, kamu mau dengar dongeng?’ waktu itu saya berusia 8 atau 9 tahun. Maka saya menjawab dengan cepat mau Bakwo, tapi kita janjian, sepanjang Bakwo dongen, kalian mijit Bakwo.Sepanjang ia bercerita maka sepanjang itulah kami memijitnya. ‘Darwis, malam ini kamu mau dengar cerita tentang apa?orang zaman dahulu itu kemampuan verbalnya sangat menakjubkan. Saya pikir cepat. Saya bilang, malam ini saya ingin dengar cerita tentang batu. Ia mulai menghela nafas, dan ia bercerita..

Pada suatu hari ada seorang putri, berdiri diatas tower. Tower ini berapi dan diselamatkan oleh pangeran dari negeri seberang. Dengan syarat ia harus mencari benda ajaib yaitu yang disebut dengan BATU SAKTI. Ketemu ceritanya. Maka kadang ga saya sadari, ceritanya dilama-lamain, kadang dibikin seru biar menegangkan dan pijatannya makin keras. Satujam berlalu, selesai, Happy Ending si putri dan pangeran bahagia selama-lamanya. Bakwo saya senang sekali, karena badannya sudah gak pegal karena dipijit sama ponakannya, tinggal saya yang makamnya tidur memimpikan jadi pangerannya.

2 hari kemudian, bakwo saya dateng, mau dengar dongeng?Mau. Kami segera merubung. Ia kembali bertanya, “Malam ini kamu mau dongeng tentang apa Darwis?” saya berpikir sejenak, kali ini saya mau dengar dongeng tentang daun Bakwo, dia menghela napas sejenak, ada seorang pangeran yang menyelamatkan seorang putri, seorang putri ini berada diatas tower, pangeran tersebut harus menyelamatkan seorang putri dan menemukan benda untuk menolong putri tersebut yaitu disebut daun sakti.” Diikuti tawa audiens, yang sepertinya dongeng ini mirip dengan dongeng malam sebelumnya. Apa yang terjadi sebenarnya?ketika bakwo saya kehabisan ide membuat cerita, kali ini ia mulai dengan pangerannya. Semuanya dengan settingan berbeda, dengan dialog yang berbeda. Tahun 2000 ketikaShrek dirilis filmnya, saya menghela napas.. inikan cerita bakwo saya?” diikuti tawa audiens. “Maka berhentilah kalian, jangan bilang tak punya ide cerita. Film 4 episode Shrek ini,sama persis hanya diganti sudut pandangnya saja. Tapi camkan pada kalian, berpikir dengan sudut pandang spesial itu membutuhkan proses. Penulis yang baik selalu punya sudut pandang spesial.

2. MENULIS MEMBUTUHKAN AMUNISI

Menulis itu sama persis kalian punya 6 gelas diatas meja, kalian punya sebuah teko. Apa yang terjadi kalau teko kalian kosong?bisa kalian menuangkan air kedalam gelas tersebut? Tidak bisa itulah yang terjadi ketika menulis, kalian tak tahu apa yang akan kalian tulis, buka laptopnya, pandangi laptopnya. Akankah menjadi tulisan?yang terjadi adalah ketika kalian plototin laptop, kalian tak ada amunisi, teko kalian kosong, maka yang terjadi adalah.... ah buka facebook dulu... ah buka twitter duluu... bacain naskah orang, kasih komentar ga penting, berantem sama orang di web. Sudah itu plototin lagi Word nya.. kima menit berlalu... ah facebook-an lagi ah.. apa yang terjadi?teko kalian kosong.

Bang Tere, kok ada ya penulis yang produktif sekali, apa yang dia tulis menarik sekali.Kok bisa ya?karena penulis tersebut dia tidak hanya punya teko adik-adik sekalian, dia punya pipa yang disambungkan ke mata air pegunungan. Jangankan 6 gelas diisi, satu kontainerpun ia bisa mengisi gelasnya. Saya sering bersedih, ketika seseorang ingin jadi penulis, saat ditanya hal simple.. “Kamu sudah baca buku apasaja dek?” tidak ada jawabnya. Siapa disini yang baca minimlah 10 buku dalam sebulan?saya sering menulis di page saya.. bacalah.. bacalah.. ada orang yang comment tidak hanya baca buku bang Tere, kita bisa baca ayat-ayat Allah disekitar kita, itu menunjukkan bahwa ia tidak pernah membaca. Ada lagi yang comment, kita bisa juga baca diinternet bang Tere, itu membuktikan bahwa ia tidak pernah membaca, tak usah berdebat. Ya kan? Dan membaca fb atau twitter, itu tak masuk dengan kategori membaca.

Dijaman dulu, imam imam kita yang punya ilmu terang benderang, menulis satu paragraf itu setara melakukan perjalanan berbulan bulan, menemui para guru. Hanya untuk memastikan bahwa paragraf yang ia tulis itu bermanfaat. Maka bagaimana mungkin kalian ingin jadi penulis jika kalian tak punya amunisi? Yang disebut amunisi adalah pembelajaran yang dimiliki dari membaca mengamati, melakukan perjalanan, melakukan observasi, mendengarkan oranglain, itulah amunisi.

Banyak orang menghabiskan waktu naik angkutan umum atau taksi dan membuang kesempatan mengobservasi sekitar. Saya pernah menanyai supir taksi, “Pak supir, pernah ada orang top gak naik taksi ini?”, “Oh iya, saya Ridho Rhoma pernah naik taksi saya.” Maka sepanjang perjalanan terjadi perbincangan yang menariik, dan itulah amunisinya. Maka kalian tahu logikanya, banyak orang membaca buku, tapi tak pernah menggunakan waktunya untuk amunisi dalam pikirannya. Baca saja lempeng, tapi tidak bermakna. Tapi jika kalian ingin menjadi penulis, baca.. lalu kalian menceritakan kembali apa yang kalian baca, itu saja triknya..

3.ALA KARENA TERBIASA

Adik-asik sekalian berapa banyak orang yang bertanya bagaimana memulai paragraf pertama, kalimat pertama. Bagaimana cara terbaik supaya endingnya keren?bagaimana buat bahasa yang indah, kalimat menarik dan menawan. Ada di suatu workshop. “Bang Tere, naskah saya novel sudah 50 halaman, mentok bang. Gak bisa saya lanjutkan lagi, bagaimana saya menyelesaikannya bang? dengan pertanyaan yang sangat baik, sopan dan dengan wajah yang berbinar-binar..

“Ya Allah dek, kamu susah-susah, kamu tulis saja dibawahnya TAMAT, selesai.”

“Hafalan Sholat Delisa, di desain pada remaja. Saya itu dulu pernah menghabiskan waktu untuk berfikir, kenapa bacaan sholatnya harus seperti itu?kalimatnya harus seperti itu dan utuh?tapi saat di akhir kisah, Delisa menemukan kalung hadiah ibunya ditangan ibunya, dan saya mentok sudah 50 halaman. Saya mentok, susah payah saya cari idenya. Akhirnya apa yang saya lakukan?saya tulis TAMAT. Setelah dibukukan, dibeli orang,dicetak berkali-kali, difilm kan, dan tidak ada yang tahu kalau buku Hafalan Sholat Delisa itu tak pernah tamat. Lantas apa alasannya kalian tidak bisa mengakhiri tulisan? Hanya sedikit sekali tulisan yang tak boleh ditulis tamat, misalnya skripsi, kalian masih di BAB III jangan tulis tamat ya?tapi kalau tulisan fiksi, catatan pendek, catatan di blog, tak masalah buat kata tamat.

Bagaimana membuat kalimat pertama?

Jadi saya deketin laptopnya, gampang dek, kamu kasih enter-enter-enter. Kamu buat kalimat pertama, terus kalimat keduanya bang?coba kamu enter-enter saja... terus dia mikir, Bang Tere ngerjain saya?ya memang. Kamu baru nyadar? Ndak ada tipsnya,ndak ada. Saya tak suka orang yang memberi tips begini, mulailah cerita dengan hal-hal yang hebat. Jangan awali dengan kata suatu hari,

Emang berdosa kamu mulai tulisan dengan kalimat suatu hari? Cerita itu utuh satu cerita gak pernah diliat dari kalimat pertamanya. Kalian pernah liat film dibioskop yang awal mulai sangat heboh, tapi di jam berikutnya gak jelas, ini film apasihhh

Bagaimana membuat kalimat yang indah tersebut?

Saya hanya ahli fiksi saja, saya gak ngerti ilmunya. Saya penulis yang simple, tak suka ribet. Jangan habiskan waktu dengan memusingkan kalimat kalian, ini kayaknya gak SPOK. Kalian perhatikan koran, sedikit sekali kalimat yang sesuai kaidah SPOK, cukup memenuhi syarat yang efektif. Itu saja.

Berbicara tentang ala karena biasa, saya itu sering bertanya pada ibu saya, kenapa masakan ibu saya enak?

Saya jamin jawaban ibu kalian dimasak-masak aja sebenernya.

Saya buktikan bagaimana mamak saya memasak, saya intip ibu saya memasak sayur capcay, apa yang dia lakukan, dimasak-masak saja. 15 menit memperhatikan ibu saya memasak, beneran, dimasak-masak saja. Diiris-iris, diberi air, masukan ke kuali, teng-teng-teng, selesai dimasak, enak. Melihatnya seperti melihat orang menari menari, oo begitu ternyata.

Ketika saya menikah, istri saya gak bisa masak. Ini aib sebenernya. Saya minta maaf, semoga manfaatnya lebih banyak dari mudaratnya. Ia belajar masak,Begitu ia dateng ke toko buku, ia membeli 4 buku resep masakan. Malam ini ia masak sayur capcay, Ambil 1 wortel, dipotong, melintang atau lurus? Diambil gelas takar masukan 250 ml air, eh kelebihan, diaduk selama 15 menit, masak dengan api sedang diaduk dengan penuh planning.

“Bang masakannya gimana?”

Saya pasti jawab enak, gak mungkin saya bilang asin, seperti di planet manaa gitu ya. 2 bulan berlalu, apa yang terjadi, buku resep ,asakannya sudah dimasukkan ke lemari, 3 bulan berlalu tidak perlu pakai gelas takar dan sebagainya. 6 bulan berlalu, masakan istri saya sama enaknya dengan masakan ibu saya.

Saya tanya dengan istri saya.. “Bu gimana cara masakan yang enak?”

Tanpa memperhatikan saya istri saya menjawab, “Dimasak-masak aja bang sebenernya bang..”

Maka bang Tere gimana cara menulis yang baik?

“Ditulis-tulis saja..” jawab audiens sambil tertawa serentak. “Tidak ada resep spesial untuk jadi spesial, Ala karena terbiasa.”

6 bulan kalian menulis 1000 kata sehari, kalian akan menjadi penulis yang baik. Dititik hari ke 181 kalian akan jadi penulis yang tak perlu panduan dalam menulis. Tapi bang tere, saya kalau di blog ingin banyak yang comment, banyak yang like?kalau kalian punya cita-cita sperti itu, maka kita sudah beda paham, saya datang mengajari kalian untuk jadi penulis yang baik, menulis bukan untuk perhitungan karena penulis yang baik tdk pernah peduli comment dan like orang, tak pernah peduli jadi buku atau tidak, ia hanya menulis. Seperti pohon kelapa, dia tidak pernah peduli kemana buah kelapanya jatuh dan memyebar. Tidak mungkin pohon kelapa mencatat kemana perginya buah kelapanya.

Kemudian dilanjutkan sesi tanya jawab yang tak kalah seru, intinya bang Tere menjawab dengan lugas, memadukannya dengan pengalamannya menulis dengan kocak dan bermakna. Bang Tere mengatakan kalau kalian tak suka menulis, jangan paksakan diri jadi penulis. Jika gak dapat cinta dan motivasinya, jangan dipaksakan ya. Menulis itu, levelnya ada 3.. level yang pertama adalah menemani dan menghibur, bermanfaat, menginspirasi. Jadi kalau menulis, jangan ngotot menjadikan langsung ke level 3, cukup penuhi syarat menemani dan menghibur, maka InsyaAllah tulisan kalian akan sangat baik. Jika tiba-tiba tulisan kalian jadi bermanfaat, memberi info, bagus. Jika merambah jadi menginspirasi jadi lebih bagus. Tapi jika kamu hanya fokus pada menginspirasi, kamu akan kehilangan esensi menemani dan menghiburnya.

“Pastikan saja, tulisan kalian tidak 3 sebalikanya.. apa itu?sia-sia mubazir saja, kedua merusak menengah, ketiga merusak besar-besaran. Apa itu yang mubazir sia-sia?comment-comment yang tak berguna, apa itu merusak?membuat orang jadi salah kaprah membaca tulisannya, terpropokasi, merusak besar-besaran adalah menginspirasi orang berbuat buruk dan memberikan mudarat.

Kenapa saya pakai nama Tere Liye?itu sebenarnya nama comot-comot saja, karena saya saat itu senang nonton film India ada lagu yang pakai kata Tere Liye. Alhamdulillah artinya juga baik, artinya Untukmu.

Kalau makna yang dibuat-buat.. Saya ingin menulis untuk banyak orang, untuk istri, anak-anak saya, untuk pot bunga untuk kucing saya, tapi yang utama adalah untuk Allah SWT. Jadi terserah mau pilih makna yang sebenarnya atau makna yang telah dibuat-buat.” Tutur Bang Tere mantap, sambil tersenyum.

Diakhir pertemuan bang Tere Liye memberikan pesannya, closing yang katanya sama disetiap workshop yaitu...

“Adik-adik sekalian, ada sebuah nasihat tua yang sangat indah.. apa itu nasihatnya? Waktu terbaik menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu, jika kalian tanam 20 tahun yang lalu, maka hari ini kalian akan mendapatkan pohon yang besar, buahnya banyak, daunnya rimbun, batang ranting yang sudah tua bisa dijadikan kayu bakar. ‘Bang Tere saya sudah terlambat, saya baru dengar nasihat ini sekarang, sedangkan saya sudah berusia 20 tahun.’ Maka camkan ini baik-baik... waktu terbaik kedua menanam pohon adalah hari ini, dan setelah itu .. tidak ada lagi waktu terbaik... tidak ada. Karena bila kalian menanam pohon hari ini, 20 tahun kemudian kalian akan menemui pohon kalian berbuah banyak, daunnya rimbun. Maka, jangan terlambat lagi ya adik-adik.. jangan terlambat. Karena 20 tahun yang akan datang akan cepat, karena waktu itu Kejam. Catat baik-baik nasihat saya ini.”

Dari saya pribadi, seminar hari ini bersama Bang Tere Liye sangat menggugahm bahkan saya menulis postingan ini sambil menikmati apa yang harus saya pelajari. Memang sangat panjang ya kali ini?tapi itulah materi yang harus saya tanamkan di benak saya. Ada 13 halaman microsoft word disini. Bagi pembaca yang sudah membaca hingga selesai, saya berterimakasih sekali, tapi bagi yang sudah muak membaca deretan hurup ini saya maklumi sekali. Namun bagi saya deretan hurup ini memiliki makna kuat tiap katanya. Seminar hari ini, merubah Mindset saya, ya saya hanya ingin menulis, tidak lebih. Terimakasih Bang Darwis Tere Liye, sangat menginspirasi dan menggugah : D

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersepeda

Sudah sebulan saya merubah pola transportasi harian saya. Dari yang semula full menggunakan motor, menjadi menggunakan sepeda. Bahkan pada awalnya saya berubah total menggunakan sepeda, karena sepeda motor mengalami kerusakan. Kini sesekali menggunakan motor dengan tetap bersepeda sebagai mode transportasi utama. Semua bermula dari salah satu challenge dari Aa Gym kepada seluruh Santri Karya. Inti challenge tersebut adalah Aa Gym akan membelikan sepeda bagi 10 orang yang bersedia berangkat kantor menggunakan sepeda. Semula saya ragu, apa sanggup buat bersepeda dari rumah ke kantor. Namun setelah melihat salah seorang teman, Mas Wahyono, yang jarak rumahnya lebih jauh dari saya, keberanian pun muncul. Terpilihlah saya menjadi salah satu dari 10 orang yang mendapatkan sepeda. Element Ecosmo 7+, sepeda yang penulis pakai sehari-hari. Bersepeda itu membutuhkan konsistensi, bukan hanya sekedar musiman. Sudah capek, kapok. Tidak seperti itu. Memang kita harus tetap memperhatikan ko

Merak Bakauheni

Merak Bakauheni numpak kapal, kapale fery. Adalah penggalan lagu dari Didi Kempot yang berjudul Kopi Lampung. Sudah jadi semacam kewajiban bagi yang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera ataupun sebaliknya akan melewati Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni. Dahulu kala sebelum ada Pelabuhan Bakauheni, bagi yang ingin ke Pulau Sumatera dari Pulau Jawa harus dilalui via Pelabuhan Panjang. Namun semenjak 1981 Pelabuhan Bakauheni dibuat, penyebrangan ke Pulau Jawa difokuskan ke Pelabuhan Bakauheni tidak lagi via Pelabuhan Panjang. Meskipun belakangan ini mulai ada kembali penyebrangan dari Pelabuhan Panjang ke Pulau Jawa via Pelabuhan Tanjung Priok. Bedanya kalau yang dahulu penyebrangan lebih difokuskan ke daerah Srengsem, sekarang difokuskan ke Pelabuhan Panjang. Uniknya, dermaga yang dipakai adalah dermaga lama yang lokasinya sudah ada sedari jaman Belanda. Yakni Dermaga (lupa nomor berapa) yang berada di sebelah Kantor Kepanduan Pelabuhan Panjang. Bagi orang Sumatera perantauan sepert