Langsung ke konten utama

Efek Kupu-Kupu Dalam Beramal

Ada yang tau efek kupu-kupu? Butterfly Effects kalau bahasa sundanya. Sebuah teori yang menyatakan kalau sebuah kepakan kupu-kupu di brazil bisa bikin badai di USA. Gila? Nggak juga ah. Teori ini bermula dari seorang ilmuwan bernama Edward Norton Lorenz saat dia sedang melakukan perhitungan. Semula perhitungan yang dia ingin lakukan sampai 6 digit di belakang koma. Tapi dikarenakan sempitnya waktu, dia hanya melakukan 3 digit saja di belakang koma. Setelah perhitungan pertama selesai, dia lakukan perhitungan selanjutnya, tapi hanya 3 angka di belakang koma begitu seterusnya. Pada suatu waktu, dia mencoba menghitung kembali perhitungan yang sama namun lebih teliti dengan mencantumkan 6 digit di belakang koma dan hasilnya mencengangkan. Hasil akhir perhitungan tersebut sangat berbeda dari hasil perhitungan dia saat hanya 3 digit saja. Kemudian beliau mempublikasikan temuannya ini di tahun 1963 dan menyatakan bahwa bisa saja seekor kupu-kupu membuat efek domino dari kepakan sayapnya yang bisa menyebabkan tornado di Amerika Utara. Sudah cukup dipahami? Saya juga sedikit bingung membacanya, tapi intinya begitulah.

Hal ini pula yang saya alami. Teringat saya akan salah satu alasan kenapa saya memilih bekerja di DT Peduli. Dan orang yang menjadi alasan saya tersebut berpulang ke Rahmatullah kemarin sore. Beliaulah Bapak BJ Habibie. Presiden ke 3 Republik Indonesia. Inovator, ahli dalam dunia pesawat. Masih banyak lagi yang jika saya tuliskan semua akan jadi satu paragraf tersendiri. Kepakan Kupu-Kupu tersebut bernama YAAB Orbit. Beasiswa dari yayasan yang dikelola oleh beliau. Waktu saya SMA pernah menjadi penerima beasiswa tersebut selama setahun di saat masa-masa sulit orang tua. Alhamdulillah ada beasiswa dari YAAB Orbit.

Waktu terus bergulir, hingga tiba waktunya saya harus menghadapi dunia perkuliahan. Tak terasa selama saya SMA beberapa kali mendapatkan beasiswa dari berbagai lembaga bahkan dari Dewan Guru, sebuah kisah yang suatu saat nanti akan saya ceritakan di blog ini. Namun tidak ada yang lebih berkesan dibandingkan YAAB Orbit, karena YAAB Orbit itulah beasiswa yang pertama kali saya dapat. Dari mulai saya malas bersekolah, hingga akhirnya terus berlanjut dari satu beasiswa ke beasiswa lainnya hingga mendapatkan BidikMisi.

Di tahun 2010 tibalah kabar duka, Ibu Ainun, istri dari Pak Habibie meninggal dunia. Waktu itu di email kami ramai bertanya kabar kepada pengurus. Bahkan ada yang sampai datang jauh-jauh dari Jawa Tengah datang ke Jakarta untuk melayat. Di waktu itu statement yang membuat saya sangat terenyuh, Pak Habibie ingin bagi yang melayat tidak memberikan karangan bunga, lebih baik anggaran karangan bunga diserahkan kepada yayasan atau lembaga sosial yang benar-benar membutuhkan. Bahkan kotak sumbangan yang ada pun ditujukan untuk YAAB Orbit dan Yayasan Mata binaan beliau. Semenjak itu, aku jadi bertekad ingin membalas hutang ini kepada masyarakat. Walau saat itu saya pun tak tau mau melakukan apa.

Alhamdulillah, tahun ini sudah tahun ke 5 saya berada di Bandung. Sebuah kota yang kini menjadi bagian dari hidup saya. Dan perjalanan saya Hijrah ke Bandung pun membawa banyak perubahan yang sangat berarti bagi diri, tak terhitung jumlahnya. Dan di kota inilah, saya khidmat sebagai Amilin di DT Peduli. Walau tawaran yang lebih baik terus mengalir, bagi saya, saya masih memiliki hutang yang harus saya bayarkan. Mungkin inilah cara saya membayar hutang tersebut. Walau belum bisa membayarkan melalui uang tunai, namun saya bisa membayarkannya melalui khidmat saya di sini.

Selamat jalan Pak Habibie. Anda adalah pahlawan bagi banyak orang di Indonesia. Tak cukup blog ini jika ditulis satu persatu. Kami mendoakan dirimu tenang di sisi Allah, mendapatkan tempat terbaik di Jannah. Meskipun saya secara pribadi tidak pernah bertemu, bercakap-cakap, namun kepakan kecil sayap kupu-kupu yang kau lakukan telah membawa perubahan besar bagi diri ini.

Dari Bagus Kusuma
Alumni YAAB Orbit

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bersepeda

Sudah sebulan saya merubah pola transportasi harian saya. Dari yang semula full menggunakan motor, menjadi menggunakan sepeda. Bahkan pada awalnya saya berubah total menggunakan sepeda, karena sepeda motor mengalami kerusakan. Kini sesekali menggunakan motor dengan tetap bersepeda sebagai mode transportasi utama. Semua bermula dari salah satu challenge dari Aa Gym kepada seluruh Santri Karya. Inti challenge tersebut adalah Aa Gym akan membelikan sepeda bagi 10 orang yang bersedia berangkat kantor menggunakan sepeda. Semula saya ragu, apa sanggup buat bersepeda dari rumah ke kantor. Namun setelah melihat salah seorang teman, Mas Wahyono, yang jarak rumahnya lebih jauh dari saya, keberanian pun muncul. Terpilihlah saya menjadi salah satu dari 10 orang yang mendapatkan sepeda. Element Ecosmo 7+, sepeda yang penulis pakai sehari-hari. Bersepeda itu membutuhkan konsistensi, bukan hanya sekedar musiman. Sudah capek, kapok. Tidak seperti itu. Memang kita harus tetap memperhatikan ko

Merak Bakauheni

Merak Bakauheni numpak kapal, kapale fery. Adalah penggalan lagu dari Didi Kempot yang berjudul Kopi Lampung. Sudah jadi semacam kewajiban bagi yang dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera ataupun sebaliknya akan melewati Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni. Dahulu kala sebelum ada Pelabuhan Bakauheni, bagi yang ingin ke Pulau Sumatera dari Pulau Jawa harus dilalui via Pelabuhan Panjang. Namun semenjak 1981 Pelabuhan Bakauheni dibuat, penyebrangan ke Pulau Jawa difokuskan ke Pelabuhan Bakauheni tidak lagi via Pelabuhan Panjang. Meskipun belakangan ini mulai ada kembali penyebrangan dari Pelabuhan Panjang ke Pulau Jawa via Pelabuhan Tanjung Priok. Bedanya kalau yang dahulu penyebrangan lebih difokuskan ke daerah Srengsem, sekarang difokuskan ke Pelabuhan Panjang. Uniknya, dermaga yang dipakai adalah dermaga lama yang lokasinya sudah ada sedari jaman Belanda. Yakni Dermaga (lupa nomor berapa) yang berada di sebelah Kantor Kepanduan Pelabuhan Panjang. Bagi orang Sumatera perantauan sepert

Tere Liye: “Karena Penulis yang Baik Menemukan Sudut Pandang Spesial”

Disclaimer: Tulisan ini merupakan tulisan dari salah satu peserta, yakni Rinta Wulandari (Link sosial media akan disertakan di bagian akhir tulisan). Saya memasukkannya ke dalam blog pribadi saya sebagai pengingat waktu bahwa pada waktu itu saya pernah ikut serta jadi salah satu panitia dalam kegiatan ini. Sebagai apa? Itu tidak penting. Yang terpenting adalah banyak peserta yang terinspirasi. Salah satunya Mbak Rinta Wulandari ini. Semoga bermanfaat Link sumber dari tulisan ini ( Kompasiana ) Foto Spanduk Kegiatan. Sumber Foto : Rinta Wulandari Hari ini, minggu(10/11/2013). Aku sudah sampai di Polinela, tepatnya sebelah GSG nya, ada ruangan pertemuan. Di depannya sudah tampak para panitia, dan tumpukkan buku. Ah iya, Forum Lingkar Pena, ahad ini mengadakan taman baca keliling di acara talk show nya Tere-Liye. Memang tak habis ide, dalam menerbitkan selera baca bagi para pengunjung. Di ujung sebelah sana, ada penjualan buku juga, obral buku yang diadakan oleh panitia acara d